Jumat, 08 April 2011

5 April 2011

“Sayang, bagus kan pemandangannya?” tanya Rifan, Eya mengangguk. “Sayang..” panggil Rifan, Eya menoleh. Wajah mereka mendekat…mendekat…dan…..

“Eyaaa….! Banguuunn…! Udah jam enaaam…!” teriak Bunda, Eya tetap tak terbangun. “EYAAAA!!” teriak Bunda lebih keras. Eya perlahan membuka matanya.
“Hm?” gumamnya.
“Bangun!” ucap Bunda.
“Yaaa….” Eya duduk sambil mengucek-ngucek matanya. Bunda pun berjalan keluar kamar sambil geleng-geleng kepala.
Yah, cuma mimpi… keluh Eya dalam hati.
Lalu gelap…
Zzz….
“EYAAA…!! Kenapa tidur lagi?! Udah jam tujuuh…!” teriak Bunda. Eya langsung duduk. “Mandi!”
“Iyaaa!!” Eya terbirit-birit ke kamar mandi, siram-siram, pakai baju, ambil tas, makan tiga gigit roti, pakai sepatu, dan pergi.
Lucky, Eya dapat angkot yang cepat dan pas tinggal satu penumpang lagi yang bisa naik. Dan untung juga, guru belum masuk kelas, sehingga tidak disuruh membaca asmaul husna sendirian.
Di sekolah pun tumben-tumbenan semangat belajarnya. Guru-guru juga lagi nggak badmood, goodmood semua. Yah, kesimpulannya, hari ini lumayan damai, lumayan, karena tadi pagi Eya telat bangun. Hehe.

Tapi malamnya, Eya bermasalah dengan Rifan.
“Kenapa nggak mau ketemuan tadi?!” tanya Rifan di seberang sana.
“Kamu gila?! Aku nggak mau cabut! Tadi olahraga ujian, ngerti?!” jawab Eya.
“Aargh… Dasar *tiiit*! Tuut…tuut…tuut…” percakapan berakhir. Eya tercengang.
Astaga, kenapa dia ngatain itu ke gue? ucap Eya dalam hati. Tanpa sadar air matanya menetes, dan tak lama setelah itu, ia tertidur…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar